Kerajaan Sadurengas Di Pasir Belengkong
Selama ini keberadaan Museum Sadurengas di Kecamatan Pasir
Belengkong, Paser terkesan hanya sebagai gudang penyimpan barang kuno,
sehingga tidak heran jika dinilai kurang menarik untuk dikunjungi.
Terhadap kenyataan itu, Pemkab Paser melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Paser mengambil
langkah-langkah. Apa saja yang dilakukan, berikut disajikan wartawan
Kaltim Post Hidson Humrie.
BERBAGAI upaya terus dilakukan Pemkab Paser melalui
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Paser untuk menata
sekaligus mempromosikan Museum Sadurengas sebagai salah satu tujuan
wisata di Kabupaten Paser.
Tidak hanya itu, Museum Sadurengas yang pernah menjadi Istana
Kesultanan Paser era pemerintahan Ibrahim Khaliluddin pada awal abad 19
yang sebelumnnya bernama Kerajaan Sadurengas yang dipimpin seorang
wanita atau Ratu bernama Putri Petong di Desa Lempesu, Pasir
Belengkong sekitar tahun 1516 itu juga diharapkan menjadi objek wisata
pendidikan yang menarik untuk dikunjungi para pelajar.
“Tidak hanya pelajar dari sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Paser,
tapi juga diharapkan para pelajar dari luar daerah,” ungkap Kadis
Budparpora Paser Herwati SE didampingi Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan
Surpiani SE dan Kepala Seksi (Kasi) Cagar Budaya dan Permuseuman Hj
Rustiati.
Namun kenyataannya, tambah Herwati, Museum Sadurengas hanya
didatangi pengunjung pada hari-hari besar, seperti libur lebaran, baik
Idul fitri maupun Idul Adha, sementara diluar hari libur tersebut,
suasana museum begitu sepi.
“Sejalan dengan kondisi itu, maka ada seberkas harapan kiranya melalui
keturunan Kesultanan Paser bersedia menambah koleksi benda-benda yang
bernilai sejarah disimpan di museum, sehingga koleksi yang ada bertambah
hingga bisa lebih mengundang daya tarik pengunjung,” harapnya.
Menurut Herwati, pihaknya pada tahun anggaran 2012 lalu sempat
melaksanakan pembuatan lukisan dengan tema cerita rakyat di masa
Kerajaan Sadurengas.
“Selain itu disalah satu ruang, juga ditempatkan baju penggantin
adat Paser atau yang dalam bahasa Paser disebut Baju Poko Tengkolos
Lengkor Walu,” tambah Herwati.
Selama ini, kata Herwati, penambahan koleksi Museum Sadurengas masih
mengandalkan dana atau anggaran Pemkab Paser. Kedepan, dia berharap
adanya perhatian dari sejumlah perusahaan yang beroperasi di Kabupaten
Paser, terutama PT Kideco Jaya Agung untuk membantu kendala yang
dihadapi selama ini.
“Terserah bantuan apa yang akan diberikan, yang jelas harapan kami
dibalik bantuan itu ada upaya untuk menambah koleksi museum,” katanya.
Saat ini, baru ada dua penambahan koleksi sebagai salah satu langkah
memanfaatkan sejumlah ruang kosong yang ada dibagian belakang museum.
Karena itu, setelah adanya lukisan sejarah Kesultanan Paser,
Disbudparpora berencana akan membuat lukisan sejarah Kabupaten Paser.
Langkah Pemkab Paser lainnya dalam upaya membenahi Museum Sadurengas
sekaligus mempercantik kecamatan yang dihuni sekitar 21.725 jiwa
penduduk itu adalah melakukan peningkatan badan jalan serta penataan
kawasan tepian DAS Kandilo.
Meski pekerjaan peningkatan ruas jalan dan penataan tepian DAS Kandilo
di sepanjang kawasan Museum Sadurengas itu belum tuntas, namun dalam
keberadaan Museum Sadurengas di kecamatan yang berjarak sekitar 5
kilometer dari Kota Tana Paser itu kini tampak semakin rapi dan bersih
dan diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang ke
Pasir Belengkong, kecamatan yang memiliki potensi wisata sejarah dan
terkenal dengan aneka kulinernya itu.
Comments
Post a Comment